Monday, October 17, 2011

Bab 1 Siapakah Ismael?

Sekarang ini, 1,6 milyar Kaum Kedar berdiri di ‘tengah panggung,’ sementara dunia melihat dan terheran-heran, Israel memperingatkan adanya terorisme, Gereja menghitung waktu dan orang-orang Kaum Kedar mencari suatu revolusi. Pada saat yang sama, gerbang antara waktu dan kekekalan sedang terbuka bagi dunia Kaum Kedar, membuka jalan untuk terjadinya suatu momen kairos. Manusia meresponi musim yang kita jalani; tidak hanya sembarang musim, tetapi momen kairos bagi Kaum Kedar.

Dalam bahasa Yunani, waktu dibagi menjadi chronos dan kairos. Chronos adalah waktu kronologis, dihitung dalam detik, menit, hari, dan tahun. Waktu kairos adalah suatu momen terbukanya gerbang antara waktu dan kekekalan sehingga suatu peristiwa dapat terjadi sepenuhnya, seperti yang telah Allah tentukan, untuk mengubah nasib semua orang, selamanya.

Kita mengenal waktu sebagai kronos (chronos) dan mengukurnya. Allah mengenal waktu sebagai kairos dan menetapkannya. Momen kairos membuka pintu nasib, ketika apa yang telah tersembunyi selama berabad-abad pun disingkapkan. Sebagai Gereja Yesus Kristus, kita harus dapat mengenali momen-momen kairos supaya kita dapat mengalir bersama Allah. Bab ini membicarakan—secara alkitabiah—asal mula Kaum Kedar, jeritan mereka, dan detak jantung Allah untuk masa ini.

Asal Mula Kaum Kedar menurut Alkitab
Nabi Kaum Kedar, adalah keturunan langsung Ismael dari anak
keduanya, Kedar. Ia menerima pewahyuan dari seorang malaikat
yang dia yakini sebagai Gabriel. Di kemudian hari, pewahyuan ini
menjadi kitab Kaum Kedar. Kaum Kedar percaya bahwa yang dibawa
Abraham ke mezbah persembahan di gunung Moria adalah anak
sulungnya, Ismael—bukan Ishak, yang menjadi benih yang darinya
seluruh manusia di muka bumi akan menerima berkat. Kaum Kedar
juga percaya bahwa Nabi ini adalah penggenapan janji Allah terhadap
Abraham, dan bahwa ia adalah nabi, seperti Musa. Mereka
menganggap bahwa Alkitab telah diubah dan tidak sepenuhnya
otentik. Kepercayaan Kaum Kedar berasal dari keturunan Ismael.
Jadi, akar Kaum Kedar adalah Ismael, anak pertama Abraham.
Kaum Kedar percaya bahwa yang dibawa Abraham
ke mezbah persembahan adalah anak sulungnya,
Ismael—bukan Ishak
Ismael menikah dengan seorang perempuan Mesir dan dia
memiliki keluarga besar dengan 12 anak lelaki, yang menghasilkan
banyak keturunan. Kaum Kedar sudah ada jauh sebelum mereka
memeluk Kepercayaan Kaum Kedar. Saya mulai mengerti bahwa
Allah selalu melihat pada akar suatu hal, tidak hanya melihat pada
permukaannya saja.
Ketika Hagar, pelayan Sarai—istri Abraham, sedang mengandung,
malaikat Tuhan menjumpainya di padang gurun dan mulai
menyampaikan rencana Allah:
Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata
air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur.
Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan
ke manakah pergimu?” Jawabnya: “Aku lari meninggalkan
Sarai, nyonyaku.” Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya:
“Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas
di bawah kekuasaannya.” Lagi kata Malaikat TUHAN itu
kepadanya: “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu,
sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.”
(Kejadian 16:7-10)
Allah Memberi Nama Ismael
sebelum Dia Lahir
Ismael adalah orang pertama yang pernah diberi nama oleh Allah
sebelum lahir. Dalam Alkitab, ketika sesuatu terjadi untuk pertama
kalinya, itu sangat signifikan dan menjadi contoh. Itu disebut hukum
hal pertama. Di seluruh bagian Alkitab, hanya ada empat orang
yang Allah beri nama sebelum mereka lahir, melalui penampakan
seorang malaikat atau Allah sendiri. Ada orang-orang lain yang
Allah nubuatkan, tetapi hanya ada empat orang yang diberi nama
sebelum lahir, dalam cara yang ilahi.
Dalam Alkitab, ketika sesuatu terjadi untuk pertama
kalinya, itu sangat signifikan dan menjadi contoh.
Yang pertama adalah Ismael, kedua adalah Ishak, ketiga adalah
Yohanes Pembaptis, dan yang terakhir adalah Yesus. (Lihat Kejadian
16:11, Kejadian 17:19; Lukas 1:13, Lukas 1:31. Gereja tahu tentang
tiga yang terakhir itu, tetapi Gereja belum melihat yang pertama itu.

Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan
akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar
tentang penindasan atasmu itu. (Kejadian 16:11)
Hagar kembali pada Sarai, seperti yang diperintahkan oleh
malaikat Tuhan, dan Ismael pun lahir. Ketika Ismael berusia sekitar
13 tahun, Allah menampakkan diri kepada Abram dan mengubah
namanya menjadi Abraham, dan nama Sarai menjadi Sara (lihat
Kejadian 17:5 dan Kejadian 17:15). Allah menyampaikan perjanjian-
Nya dengan Abraham dan berjanji untuk memberikan seorang anak
lelaki bagi dia dan Sara. Abraham memohon perkenanan Allah bagi
Ismael, dan Allah meresponi:
Dan Abraham berkata kepada Allah: “Ah, sekiranya Ismael
diperkenankan hidup di hadapan-Mu!” Tetapi Allah berfirman:
“Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan
anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak,
dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi
perjanjian yang kekal untuk keturunannya. Tentang Ismael,
Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati,
Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan
dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi
bangsa yang besar. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan
dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang
akan datang pada waktu seperti ini juga.” (Kejadian 17:18–21)
Allah memberkati Ismael dan berjanji akan membuat dia beranak
cucu sangat banyak; dengan dua belas raja, dan akan menjadi suatu
bangsa yang besar. Dalam Kejadian 16:11, Allah sudah memberi
nama Ismael sebelum dia lahir, dan dalam Kejadian 17:20, Allah
memberkati Ismael, tetapi menetapkan bahwa perjanjian-Nya adalah
dengan Ishak, anak yang dijanjikan. (Pembahasan yang lebih lanjut
tentang mengapa Allah memberkati Ismael ada pada bab berikutnya).
Ketika sedang menyapih Ishak, Sara mendapati bahwa Ismael
mengejek Ishak, dan dia ingin agar anak dari pelayannya itu diusir dan
tidak dijadikan ahli waris bersama anaknya, Ishak (lihat Kejadian
21:9).
Abraham sedih—seperti ayah mana pun—dan dia datang kepada
Tuhan. Allah menjelaskan padanya bahwa pada Ishaklah perjanjian
Allah akan ditetapkan dan yang akan disebut keturunannya adalah
yang berasal dari Ishak. Bagi Ismael, dia harus diusir, tetapi Allah
menegaskan kembali bahwa Ismael akan menjadi suatu bangsa yang
besar. Ismael, bersama Hagar, diusir dari rumah ayahnya, hanya
dengan berbekal air dan sedikit roti.
Berkatalah Sara kepada Abraham: “Usirlah hamba perempuan
itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi
ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.” Hal ini sangat
menyebalkan Abraham oleh karena anaknya itu. Tetapi Allah
berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena
hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan
Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab
yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari
Ishak. Tetapi keturunan dari hambamu itu juga akan Kubuat
menjadi suatu bangsa, karena iapun anakmu.” Keesokan
harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air
dan memberikannya kepada Hagar. Ia meletakkan itu beserta
anaknya di atas bahu Hagar, kemudian disuruhnyalah
perempuan itu pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara
di padang gurun Bersyeba. (Kejadian 21:10-14).

Sumur Supernatural
Ismael, sekitar umur 15 tahun, diusir bersama Hagar ke padang
gurun. Mari kita lihat apa yang terjadi:
Ketika air yang dikirbat itu habis, dibuangnyalah anak itu
ke bawah semak-semak, dan ia duduk agak jauh, kira-kira
sepemanah jauhnya, sebab katanya: “Tidak tahan aku melihat
anak itu mati.” Sedang ia duduk di situ, menangislah ia dengan
suara nyaring. Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat
Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya:
“Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut,
sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia
terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah
dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang
besar.” Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat
sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian
diberinya anak itu minum. Allah menyertai anak itu, sehingga
ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi
seorang pemanah. Maka tinggallah ia di padang gurun
Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari tanah
Mesir (Kejadian 21:15-21).
Ismael mengembara di padang gurun bersama Hagar dan kehabisan
air. Setelah diusir dari rumah ayahnya, Ismael mendapati dirinya
nyaris mati di bawah semak-semak. Hagar tidak tahan melihat
penderitaan puteranya yang sekarat. Dalam keputusasaannya, dia
meninggalkan anaknya di bawah semak dan berjalan pergi, sambil
menjerit kepada Tuhan. Dia tidak sampai hati melihat anaknya mati.
Yang bisa dia lakukan hanya menangis dan menjerit dalam kepedihan
hatinya. Sementara itu, sang anak lelaki pun terkapar sekarat di
bawah semak.
Dari seorang anak, Ismael menjadi pelayan—dia
mengalami konflik identitas, citranya tentang ayah
hancur untuk selamanya.

Anak itu tidak hanya sekarat secara fisik, tetapi hatinya juga
hancur karena penolakan dan jiwanya terkoyak karena kepedihan
yang mendalam. Hanya dalam waktu yang begitu singkat, dari
seorang anak, dia menjadi pelayan. “Aku ini siapa … anak dari bapa
banyak bangsa atau hanya ‘anak pelayan’?” Dia mengalami konflik
identitas, dan citranya tentang seorang ayah telah hancur untuk
selamanya. Lebih parahnya lagi, di ambang kematiannya di padang
gurun, ibunya sendiri meninggalkan dia dan membiarkan dia mati
seorang diri. Kondisinya begitu buruk sehingga ibunya tidak tahan
melihatnya.

Ismael dibesarkan dengan pengenalan akan Allah dari ayahnya,
Abraham; tetapi ketika terlunta-lunta di padang gurun, dia pasti
bertanya-tanya, di manakah Allah. Apakah Allah telah meninggalkan
dan melupakan dia? Alkitab mengatakan bahwa Allah mendengar
suara anak itu, dan tahu di mana dia berada (lihat Kejadian 21:17).
Perhatikan bahwa Allah tidak mendengar ibunya, melainkan
mendengar anak itu, di tempat di mana dia terkapar—tempat
kematian, penderitaan, penolakan, dan kehausan.

Allah mendengar anak itu, karena Ismael artinya “Allah mendengar.”
Sejak awal, Allah sudah tahu akhirnya; Dia memberi nama Ismael
sebelum anak itu lahir karena rencana dan perjalanan hidupnya.
Di padang gurun, Allah mendengar jeritan hati anak itu, dan Dia
membuka mata Hagar sehingga dia dapat melihat sebuah sumur dan
dapat memberi minum Ismael, agar dia tetap hidup. Anehnya, sumur
itu sudah ada di sana, tetapi mereka tidak dapat melihatnya.

Jeritan Hati Ismael
Empat ribu tahun kemudian, Kaum Kedar mengembara di
padang gurun rohani, dengan jeritan hati yang semakin mendalam;
mereka sekarat kehausan, tidak dapat melihat sumur keselamatan
mereka. Tetapi Allah akan mendengar jeritan Ismael dan membuka
matanya dan menunjukkan padanya sumur air kehidupan—Yesus—
supaya dia dapat minum dan hidup. Dia membutuhkan air untuk
menyelamatkan hidup jasmaninya; dan untuk menyelamatkan hidup
rohaninya dia akan membutuhkan air kehidupan dari sumur Yesus.
Air menyelamatkan hidup jasmani Ismael; Air
kehidupan akan menyelamatkan hidup rohaninya.

Sudah tiba saatnya bagi Kaum Kedar untuk melihat Yesus dan
mengenal Bapa. Sebagai Gereja, kita harus memiliki ketajaman
untuk membedakan waktu-waktu yang kita jalani sekarang, dan
mendengar suara dari Surga. Kita harus bersyafaat bagi Kaum Kedar
seperti seorang ibu yang bersyafaat bagi anaknya yang di ambang
ajal. Beberapa dari kita pergi meninggalkan Ismael, seperti yang
dilakukan oleh ibunya sendiri, karena kondisi Ismael sepertinya
sudah tidak ada harapan lagi dalam banyak hal; tetapi kita harus
tunduk pada Roh Allah dan berdoa agar Allah akan membangkitkan
jeritan yang ada di hati Kaum Kedar dan mengobarkannya
sedemikian rupa sehingga itu menyentuh hati yang Maha Tinggi.
Allah akan mendengar jeritan umat Kaum Kedar pada masa ini.
Dalam hikmat-Nya, Allah telah memberi nama Ismael sebelum dia
lahir, karena Dia tahu bahwa suatu hari nanti akan ada 1,6 milyar
Kaum Kedar yang berada di padang gurun rohani. Gereja, bersiaplah—
ada satu generasi Kaum Kedar yang seluruhnya akan masuk ke
dalam Kerajaan Allah. Saya percaya bahwa dalam sekejap, 800 juta
hingga 1 milyar Kaum Kedar akan memasuki Kerajaan Allah.
Pada 26 Desember 2004, terjadi suatu gempa bumi, pusat
gempanya berada di Indonesia—yang menimbulkan tsunami yang
dampaknya juga melanda banyak wilayah di negara-negara sekitar,
dan menyebabkan kematian ratusan ribu korban.

Ada gempa lain yang akan segera terjadi, dan pusat gempanya
adalah umat Kaum Kedar—itu akan menyebabkan terjadinya suatu
tsunami Roh Kudus yang akan melanda banyak bangsa lainnya dan
membawa kehidupan. Gempa rohani ini akan menghasilkan tuaian
terbesar yang pernah dilihat manusia di bumi.

Doa dan syafaat adalah langkah pertama. Syafaat adalah doa
yang “memeluk” hati Allah. Rencana-rencana Roh Kudus dilahirkan
ke alam jasmani melalui doa. Kita semestinya tidak hanya berdoa,
tetapi juga siap untuk bergerak bersama Allah pada masa ini. Allah
menggunakan seorang wanita untuk memberikan air minum bagi
Ismael di padang gurun, dan Dia akan menggunakan wanita lain,
yaitu Gereja, untuk memberikan air kehidupan bagi Ismael pada
zaman ini, dari sumur kehidupan yang kekal. Ismael haus akan air
kehidupan dan lapar akan roti yang baru dipanggang dari oven Roh
Allah.

Dari dulu, Yesus selalu menjadi penjala manusia. Dia juga rindu
untuk menjadikan kita sebagai penjala-penjala manusia, sehingga
kita akan siap untuk bergerak pada musim ini. Untuk benar-benar
dapat menjadi penjala manusia, kita perlu mengerti akan karakteristik
dan jeritan dari hati umat Kaum Kedar.

Untuk mengerti karakteristik jeritan hati umat Kaum Kedar ini,
kita harus melihat pada asal mula jerit tangis ini. Jerit tangis itu
dimulai ketika Ismael diusir dari rumah ayahnya dan pergi tanpa
mendapatkan bagian warisan. Selama 15 tahun dia dibesarkan dalam
kasih sayang ayahnya, Abraham, tetapi kemudian dia diusir karena
anak lelaki dari seorang pelayan (perempuan budak) tidak dapat
menjadi ahli waris bersama anak lelaki perempuan yang merdeka
(lihat Kejadian 21:10). Ismael diusir ke padang gurun dengan
sepotong roti dan sebotol air, itulah pemberian terakhir dari ayahnya
(lihat Kejadian 21:14).

Ismael pasti menatap ibunya untuk meminta suatu penjelasan,
tetapi sang ibu mengingatkan dia bahwa dia hanyalah anak seorang
pelayan dan tidak memiliki ayah. Ismael menunggu di padang gurun,
berharap ayahnya akan datang mencarinya serta membawakan roti
dan air lagi; tetapi sang ayah tidak pernah datang. Saat berikutnya
Ismael melihat sang ayah adalah untuk menguburkannya (lihat
Kejadian 25:9). Ismael tidak hanya menguburkan Abraham, tetapi dia
mengubur kesempatannya untuk menjadi seorang anak. Penguburan
itu menandakan matinya harapan Ismael untuk diterima atau dikasihi
kembali oleh seorang ayah.

Jeritan terdalam Ismael adalah kerinduan untuk dikasihi oleh
seorang ayah dan kebutuhan akan suatu identitas. Tanpa ayah,
seorang anak tidak memiliki identitas. Identitas tidak hanya tentang
siapa Anda, tetapi siapakah yang memiliki Anda. Jika Anda tidak
tahu Anda milik siapa, maka Anda tidak akan pernah tahu siapa
Anda. Jika Anda tidak tahu identitas Anda, maka Anda mencari jati
diri Anda lewat apa yang Anda lakukan. Seorang anak dapat dilacak
dari DNA-nya yang dibandingkan dengan DNA ayahnya, tetapi
seorang pelayan dideteksi lewat pekerjaan-pekerjaannya.
Ismael diusir dan pergi tanpa ayah, identitas, atau warisan. Tanpa
peringatan, Ismael disingkirkan, ditolak, dan tanpa ayah. Setiap anak
lelaki memiliki hak untuk menerima warisan dari ayahnya. Hak itu
direnggut dari Ismael, membuat dia dimeteraikan sebagai anak yang
tanpa ayah. Hingga sekarang, jeritan itu masih ada dalam hati umat
Kaum Kedar.

Kepercayaan Kaum Kedar
Beberapa abad kemudian, keturunan Ismael membangun suatu
‘monumen’ seputar jeritan Ismael dan menyebutnya kepercayaan
Kaum Kedar, yang berarti tunduk kepada Allah seperti seorang
pelayan, bukannya memiliki hubungan dengan Dia sebagai seorang
anak. Kepercayaan Kaum Kedar mengisi kekosongan dalam hati
Ismael, dengan mengatakan bahwa Allah bukan seorang Bapa, dan
tidak memiliki Anak. Kaum Kedar menjadi wajah Allah bagi Ismael.
Kaum Kedar masih melihat diri mereka sebagai pelayan atau budak
yang tunduk kepada Allah, dengan harapan bahwa melalui amal ibadah
mereka, mereka bisa mendapatkan penerimaan dan persetujuan dari
Allah dan dapat terhindar dari penghakiman yang tidak terelakkan
itu. Mereka mencoba untuk mendapatkan penerimaan oleh Allah
melalui amal ibadah mereka, bukan karena anugerah Allah. Ini
bukan hanya aturan moral, melainkan kondisi keberadaan setiap
Kaum Kedar. Di luar semuanya itu, jeritan Ismael tidak pernah
berhenti, bahkan semakin keras seiring berjalannya waktu.

Kepercayaan Kaum Kedar mengisi kekosongan hati yang yatim
Sekarang ini, umat Kaum Kedar terus mengembara di padang
gurun sampai titik ajal mereka. Sekali lagi, dalam padang gurun
rohani ini, ada sebuah sumur yang tidak dapat mereka lihat. Tidak
ada seorang ayah yang memberi mereka roti atau air. Pada saat
yang sama, Gereja meninggalkan mereka, tidak tahan menyaksikan
kematian mereka.
Allah memanggil umat Kaum Kedar pada zaman ini. Dia akan
mendengar jerit tangis mereka dan membuka mata mereka, serta
menunjukkan pada mereka wajah Yesus di sumur air kehidupan dari
kemuliaan Allah. Allah akan menjadi Bapa mereka, dan memberikan
roti yang baru dari surga bagi jiwa mereka yang lapar, dan air
kehidupan bagi hati mereka yang haus, agar mereka dapat tetap hidup.
Allah akan memanifestasikan kemuliaan-Nya di antara keturunan
Ismael dan menghidupkan dia kembali dalam hadirat Yesus.

Bapa akan memberikan suatu identitas bagi Kaum Kedar pada
zaman ini. Dia akan mengungkapkan bagi mereka kebenaran tentang
masa depan mereka yang tersembunyi dalam nama Ismael. Dia
akan menunjukkan kepada mereka perjanjian-Nya dan memberi
mereka warisan dalam Kristus Yesus. Dia tidak akan pernah
meninggalkan atau menolak mereka. Bahkan, setelah dilahirkan dalam
Roh, maka Ismael, sang pemanah itu, akan menjadi anak panah
pada busur yang dipegang oleh tangan Allah, dan dibidikkan tepat
ke jantung musuh yang pernah membutakan mereka.
Allah akan mengungkapkan tujuan hidup bagi mereka,
yang tersembunyi dalam nama Ismael.
Ini adalah momen kairos bagi Kaum Kedar. Awan terang hadirat
Allah sedang terbentuk dan kilat yang memancarkan kemuliaan-
Nya sedang bergerak ke dunia Kaum Kedar. Akan turun hujan dari
surga dan tuaian besar dari Kaum Kedar pada masa ini. Jerit tangis
Ismael telah naik ke takhta Allah, dan jawabannya sedang dalam
perjalanan.
Saya dapat mendengar Allah berbicara melalui nabi Yesaya:
Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang
tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh
orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: “Ini Aku,
ini Aku!” kepada bangsa yang tidak memanggil nama-Ku.
(Yesaya 65:1)
Sesungguhnya, Allah akan membuat sesuatu yang baru, yang
sekarang sudah tumbuh, dan membuat jalan di padang gurun, dan
sungai-sungai di padang belantara, dan kita semua akan melihatnya
(lihat Yesaya 43:19). Allah akan mendengar jeritan hati Ismael pada
zaman ini. Akankah kita mendengar jeritan hati Allah pada zaman
ini? Apakah kita akan meresponi jerit tangis-Nya?

Melayani seorang Kaum Kedar
Saya ingin berbagi cerita dengan Anda tentang bagaimana melayani seorang Kaum Kedar—bagaimana mengomunikasikan dan membagikan iman Anda kepada mereka. Dalam Amsal 4:23
dikatakan agar kita menjaga hati dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Ini menjelaskan tentang suatu sungai yang memancar—dari hati kita memancar aliran-aliran dan
sungai-sungai kehidupan.
Dalam Yohanes pasal 7, Yesus sedang berada di perayaan Pesta
Tabernakel dan pada “hari terakhir, pada puncak perayaan itu,” Dia
membuat suatu pernyataan yang mengatakan, “Barangsiapa haus,
baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Aku akan membuat sungaisungai
air hidup itu mengalir dari hatimu.” (Lihat Yohanes 7:37-38).
Perhatikan bahwa Dia tidak mengatakan sungai, tetapi sungai-sungai.
Jika Anda sudah minum dari Tuhan Yesus air kehidupan surgawi
yang sangat berharga itu, dan memakan roti dari Surga, jika Anda
memakan dan mencernanya, maka ada sesuatu dalam diri Anda.
Ada banyak sekali sungai yang mengalir dalam diri Anda. Salah
satu dari sungai-sungai itu adalah sungai perdamaian, atau pelayanan
pendamaian, yang dipercayakan kepada setiap orang percaya. (Lihat
2 Korintus 5:18-19).
Saya menceritakan pada Anda sesuatu yang saya alami secara
pribadi sejak saya datang kepada Kristus. Sebelum Allah memanggil
saya ke dalam pelayanan sepenuh-waktu, dalam hidup keseharian
saya––secara pribadi—sebagai seorang pebisnis, saya mulai
membimbing orang-orang untuk datang kepada Yesus melalui
berbagai macam cara. Saya melihat kira-kira 1200–1500 orang
menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi mereka. Saya tidak
memiliki data jumlah pastinya karena saya tidak pernah ingat
untuk terus menghitung. Tetapi saya tahu bahwa setidaknya itulah
jumlahnya—mungkin bahkan lebih banyak lagi—dari mereka yang
memberikan hati kepada Kristus itu dulunya Kaum Kedar, Yahudi,
Sikh, dan atheis. Dapat saya katakan bahwa 99 persen dari semua
orang yang saya kenal ketika saya masih menjadi Kaum Kedar itu
sekarang sudah menjadi orang-orang Kristen yang lahir baru.
Jadi, saya menceritakan kepada Anda sesuatu yang saya alami
sendiri. Saya tidak hanya menyampaikan apa yang sudah tertulis,
tetapi saya juga menceritakan apa yang sekarang ini benar-benar
terjadi. Alkitab berkata bahwa hendaknya kita menjadi surat-surat
hidup yang dapat dibaca oleh semua orang. Menjadi surat-surat yang
tertulis itu tidak sama dengan menjadi surat-surat yang hidup. (lihat
2 Korintus 3:2-3). Dalam Perjanjian (covenant) yang Baru, itu selalu
ada di hati Allah—untuk menuliskan Firman dan Hukum-hukum-Nya
pada hati kita dan menaruhnya pada pikiran kita sehingga kita
dapat menunjukkan dan menerapkannya dalam hidup kita; sehingga
seseorang dapat melihat hidup Anda dan berkata, ‘aku melihat surat
cinta yang hidup dari Yesus untukku.’
Sebelum mereka mencari Alkitab, semestinya mereka dapat
membaca Alkitab itu dalam diri Anda. Sebelum mereka melihat
Dia, semestinya mereka dapat melihat Dia di dalam diri Anda dan
saya. Seiring berjalannya tahun demi tahun, saya mulai menyadari
bahwa ada hal-hal tertentu yang mendatangkan hasil dan ada pula
yang tidak. Saya akan menyampaikan beberapa prinsip alkitabiah,
dan saya juga akan menceritakan kepada Anda beberapa contoh dari
kisah nyata tentang bagaimana saya melihat orang-orang datang
kepada Kristus.

Saya tahu bahwa pada arena yang khusus ini kita akan lebih berfokus
pada umat Kaum Kedar, tetapi 2 Korintus 5:17–21 mengatakan:
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:
yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan
Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang
telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus
dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah
mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi
kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah
menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama
Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan
dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan
oleh Allah.

Perhatikan tiga hal dalam ayat-ayat di atas. 1) Anda adalah ciptaan yang baru. Katakan, “Aku adalah ciptaan baru.” 2) Kemudian dikatakan bahwa Anda memiliki suatu pelayanan baru. Anda adalah ciptaan yang baru, Anda memiliki pelayanan baru. 3) Anda memiliki suatu pesan yang baru atau Anda memiliki suatu berita pendamaian yang baru. Pesan yang baru cocok untuk ciptaan yang baru, pelayanan yang baru cocok untuk ciptaan yang baru. Anda telah menjadi ciptaan yang baru, sesuatu telah terjadi.

Itulah yang terjadi pada saya, saya menjadi ciptaan baru, dan
Allah mulai melahirkan sesuatu dalam diri saya, yaitu pelayanan
pendamaian yang merupakan salah satu dari banyak sungai yang
mengalir dari hidup kita. Sekarang saya akan menyampaikan suatu
rahasia tentang kehidupan—semakin Anda mengalir sejalan dengan
sungai yang paling dominan dalam hidup Anda, maka itu akan
semakin deras mengalir dari roh Anda ke sungai-sungai lain dalam
kehidupan Anda. Ada sungai-sungai doa, sungai-sungai destiny*
Anda, sungai-sungai yang sarat akan segala sesuatu yang dari
Surga—yang dikandung oleh rahim rohani Anda; dan ketika Anda
mulai bergerak mengikuti aliran pelayanan pendamaian itu, maka
itu akan menjadi pintu yang akan membawa Anda pada destiny yang
Allah tetapkan bagi hidup Anda.

Saya sudah dipanggil untuk memberitakan Injil sejak dasar dunia ini belum dijadikan, saya hanya tidak mengetahuinya. Tetapi saya melangkah pada arena kehidupan saya yang satu itu dengan bergerak mengikuti aliran sungai pendamaian. Saya percaya bahwa di dalam hati setiap orang percaya ada sungai pendamaian, dan sungai ini adalah sungai air kehidupan. Dalam diri Anda, Anda memiliki hidup yang dapat Anda berikan.

Memberikan napas Allah kepada orang-orang lain.

Anda tahu bahwa Adam yang pertama diciptakan sedemikian
rupa hingga dia dapat bernapas dengan napas Allah dan hidup.
Tetapi Adam yang terakhir datang dan memberikan hidup pada
kita, sehingga kita dapat menerima napas Allah dan kita dapat
memberikannya. Adam yang pertama hanya dapat menggunakannya
untuk hidup. Kita dapat memberikannya; kita dapat membagikan
napas Allah kepada orang-orang lain. Kita telah diberi sesuatu yang
dapat kita bagikan—sungai-sungai air kehidupan, salah satu dari
sekian banyak sungai dalam hidup Anda itu adalah sungai pelayanan
pendamaian. Itu sudah ada dalam diri Anda; jika Anda berserah pada
Roh Kudus dan bekerja sama dengan-Nya, maka Dia akan membantu
Anda untuk mengalir sejalan dengan aliran sungai dalam hidup
Anda itu, sehingga Anda dapat melihat hasil-hasilnya.
________________
*destiny = takdir ilahi, apa yang sudah Allah tetapkan bagi Anda sejak semula, masa depan Anda (istilah umumnya: ‘nasib’, ‘takdir’).

Berbagi dan Memberi
Beberapa tahun yang lalu, seorang Kaum Kedar mengontak saya.
Saya baru saja menjadi orang percaya dan baru memiliki satu hal
yang menjadi hasrat hati saya—dan sampai sekarang masih tetap
menjadi hasrat hati saya—yaitu Yesus sebagai Anak Allah. Tetapi
bahkan sebelum saya terjun dalam pelayanan pun, ada satu hal yang
satu tahu dengan pasti—Yesus mengasihi setiap manusia, dan Dia
ingin agar mereka diselamatkan. Dia ingin mengenal mereka dan
ingin agar mereka mengenal Dia dan Bapa-Nya. Jadi, rekan Kaum
Kedar ini menelepon saya dan berkata, “Saya punya 20 pertanyaan
yang tidak dapat dijawab oleh orang Kristen mana pun. Kalau Anda
bersedia menemui saya dan Anda dapat menjawab 20 pertanyaan
itu, maka saya akan mempertimbangkan Yesus Anda.”
Saya menjawab, “Ya, saya akan menemui Anda,” karena tahu
bahwa ketika saya bergerak untuk menyampaikan kabar keselamatan,
maka seisi Surga akan mendukung saya.
Saya masih belum banyak mendapat pengajaran; saya memang
sudah sedikit mengenal kekristenan dan kenyataan tentang Yesus,
tetapi pengetahuan saya itu belum cukup, Kami bertemu di Perkins,
sebuah restoran yang buka 24 jam, di Dixon Road di Toronto. Di
setiap bilik dan setiap kursi yang ada di restoran itu, ada seseorang
yang sudah datang kepada Kristus, ada seseorang yang sudah lahir
baru.
Inilah pola saya: Ketika saya akan bertemu dengan seseorang
yang belum saya kenal sebelumnya, saya akan mengajak seseorang
yang baru diselamatkan satu atau dua minggu sebelumnya. Saya
melatih orang yang saya ajak itu tentang bagaimana cara membimbing
orang-orang lain kepada Tuhan, sementara saya membimbing kenalan
baru itu kepada Tuhan. Saya benar-benar tidak tahu apa yang
sedang saya lakukan, tetapi karena tidak ada yang memberitahu saya
bahwa ini tidak lazim di Gereja Amerika Utara, maka saya terus
melakukannya.

Jadi di sanalah saya, bersama pria Kaum Kedar yang bertemu
dengan saya di restoran itu, dan dia mulai melontarkan pertanyaan
pertamanya pada saya. Sementara dia menyampaikan pertanyaan
itu, saya berpikir, aku tidak tahu jawabannya, habislah sudah. Kalau
aku tidak bisa menjawab pertanyaan pertamanya ini, kesempatan apa
yang aku miliki untuk membawa orang ini kepada Tuhan? Ketika dia
selesai mengucapkan pertanyaannya, jawabannya datang pada saya,
dan saya memberikan jawaban itu padanya. Dan saya berpikir, Wow,
lebih baik aku tulis saja jawaban tadi karena itu adalah jawaban
yang bagus!

Dari mana datangnya jawaban itu? Sejujurnya saya katakan pada
Anda, saya tidak tahu, tetapi saya tahu bahwa itu berasal dari suatu
tempat, dan dalam roh saya, saya tahu bahwa yang saya katakan itu
benar—tetapi saya tidak dapat menjelaskan itu pada Anda dengan
pikiran saya atau membuktikannya pada Anda, tetapi ada seorang
saksi yang mendengarkannya juga. Saya tahu bahwa jawaban itu
adalah kebenaran, dan itu adalah jawaban yang bagus; jadi saya
memberikan jawaban itu kepadanya. Dan itu berhasil; dia mengajukan
pertanyaan kedua.

Ketika dia mengajukan pertanyaan berikutnya itu, lagi-lagi saya
tidak tahu jawabannya. Lagi-lagi jawabannya datang pada saya,
dan saya menyampaikan jawaban itu padanya. Dan lagi-lagi saya
berpikir bahwa seharusnya saya mencatat jawaban itu. Ini terus terjadi
pada pertanyaan-pertanyaan berikutnya sampai dia mengajukan
pertanyaan ke-15.

Harap Anda perhatikan bahwa saya hanya mengalir mengikuti
Roh Allah. Saya mengalir mengikuti sungai pendamaian dari
pewahyuan akan pengetahuan yang tersedia pada waktu itu, untuk
mengalirkan hikmat, pengertian, dan kebenaran kepada orang ini
oleh Roh Allah. Ketika dia akan mengajukan pertanyaannya yang
ke-15, hadirat Allah terasa begitu kuat di bilik kami, saya menatap
orang itu dan berkata, “Nah, Anda sudah selesai, sudah tamat!” Saya
berkata, “Allah ada di sini, sudah selesai!”
“Allah ada di sini, sudah selesai!”

Hanya itu yang saya tahu sebagai seorang Kaum Kedar—ketika
Allah datang, selesailah sudah! Itulah pemahaman saya, pewahyuan
saya. Ketika Allah datang, saya sedang menunggu-Nya. Saya tidak
tahu apa yang sedang saya lakukan, jadi ketika tiba-tiba Dia datang,
saya sangat lega! Puji Tuhan, ‘hujan pertanyaan’ itu sudah selesai.
Saya melihat pada pemuda Kaum Kedar itu dan berkata, “Dengar,
Roh Allah akan mencengkeram roh Anda, Dia akan mencengkeram
Anda dari perut Anda, dan Dia akan naik hingga ke tenggorokan
Anda.” Sementara saya berkata dalam hati, apa yang aku katakan
ini? Kemudian orang itu mulai menangis tidak terkendali; dia tidak
dapat mempertahankan ketenangannya. Dia tidak dapat berkatakata,
dan kuasa Allah menguasainya. Dia berlari ke toilet untuk
menenangkan diri. Ketika dia kembali ke bilik dan mencoba untuk
berbicara, dia mulai menangis lagi, dan dia lari lagi ke toilet untuk
menenangkan diri. Saya suka pelayanan seperti ini.
Sekarang pertanyaan-pertanyaan orang itu mulai berubah—
sudah tidak berasal dari pikirannya lagi, melainkan dari rohnya. Itu
adalah pertanyaan-pertanyaan yang sederhana, murni, tulus. Dan
saya suka pertanyaan-pertanyaan seperti itu, dan pertanyaan yang
ke-20 adalah: bagaimana saya tahu bahwa yang Anda katakan pada
saya ini adalah kebenaran?

Saya menengok padanya dan berkata, “Karena roh Anda diarahkan
dan ditarik pada kebenaran, dan kebenaran adalah satu pribadi.
Namanya Yesus, dan Dia hidup dalam diri saya, dan roh Anda juga
menginginkan Dia.” Kemudian saya berkata dalam hati, itu jawaban
yang bagus!

Pertanyaannya yang ke-21 adalah: “Bagaimana saya bisa
menjadikan Yesus ini sebagai Tuhan saya?” Saya mengajak orang
itu ke mobil “penyelamatan-berjalan” saya, bersama orang yang
saya latih, dan kami mulai membimbing dia dalam doa keselamatan.
Hadirat Allah ada di mobil itu, dan dia memberikan hatinya kepada
Kristus—tidak ada yang lebih baik dari itu. Saya menyaksikan
secara pribadi bagaimana kehidupan Allah memasuki hati manusia
dan melihat buah kehidupan itu mulai bertunas—itu sungguh luar
biasa.

Setelah menerima Kristus, asmanya juga disembuhkan, tetapi
pada waktu itu kami belum mengetahuinya. Dia pulang ke rumahnya
sore itu, dan menelepon saya keesokan paginya. Dia berkata, “Anda
tahu, sepanjang hidup saya sebagai seorang Kaum Kedar, saya tidak
bisa tidur di malam hari. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya,
saya benar-benar bisa tidur tadi malam.” Dia berkata, “Biasanya,
pikiran saya tetap terjaga sepanjang malam, saya berpikir terus,
tubuh saya kadang tidur dan sering tiba-tiba terbangun, tetapi saya
tidak pernah benar-benar tidur. Baru pertama kali ini saya benarbenar
bisa tidur. Saya merasakan damai sejahtera yang belum pernah
saya rasakan, apakah ini?”

Momen Renungan
Berdasarkan Alkitab dan pengalaman-pengalaman saya yang Anda baca, dengan tulus dan tanpa prasangka, renungkanlah hubungan antara Ismael dengan ayahnya, Abraham, dan ibunya. Coba Anda tempatkan diri Anda pada posisi Ismael. Dapatkah Anda melupakan begitu saja sakit hati, kemarahan, dan kebencian itu? Sekarang pikirkan tentang jutaan umat Kaum Kedar yang sudah hidup dalam perasaan itu selama sekian banyak generasi. Bagaimana kita bisa tahan untuk tidak memberitakan kasih Yesus kepada mereka.

8 comments:

  1. LAGI-LAGI 'KASIH YESUS' BASI, PALSU, OMONG KOSONG PALING BESAR. AJARAN KRISTEN TIDAK PUNYA SYARIAT (TIDAK PUNYA ATURAN BERIBADAH DENGAN SEBENARNYA, TATA CARA MENYEMBELIH HEWAN, CARA BERSUCI DARI NAJIS, WARIS MEWARISI, WANITA YANG HARAM DINIKAHI, BERDAGANG DLL. AJARAN KASIH MACAM APA INI TIDAK PUNYA PETUNJUK PELAKSANAAN; JUKLAK ISTILAH UMUMNYA). DIMANA KASIH YESUS KETIKA ORANG-ORANG KRISTEN MENUSUK DUBUR BABI SAMPAI TEMBUS KE PERUT DAN TENGGOROKANNYA KETIAK PARA 'KRISTEN PEMAKAN SEGALA' AKAN MENYEMBELIH DAN MENYANTAP DAGING 'B2'? SAMPAI PULUHAN MENIT BARU BABI TSB BENAR BENAR MATI MENAGGUNG SIKSA PEDIH, DARAHNYA DITAMPUNG SAMPAI HABIS BARU DIA MATI, BERBEDA SEKALI DENGAN SYARIAT ISLAM YANG SANTUN DENGAN MENAJAMKAN PISAU TRLEBIH DAHULU DENGAN SEKALI SEMBELIH. ALKITAB TERJEMAHAN ASAL BUNYI YANG BAHASA ASLINYA SAJA SUDAH TIDAK JELAS SUMBERNYA, ALKITAB TERJEMAHAN 'TERJUN BEBAS' DIJADIKAN SUMBER BERFIKIR EMPIRIS..ABSURD.. COBA ANALISA NUKILAN DARI DONGENG ALKITAB IDIOTMU INI:...'Ismael, sekitar umur 15 tahun, diusir bersama Hagar ke padang gurun. Mari kita lihat apa yang terjadi:
    Ketika air yang dikirbat itu habis, , dan ia duduk agak jauh, kira-kiradibuangnyalah anak itu
    ke bawah semak-semak sepemanah jauhnya, sebab katanya: “Tidak tahan aku melihat
    anak itu mati.”... KAPAN DAN DIMANA PUN (ZAMAN NABI IBRAHIM JUGA TERMASUK) ANAK LAKI-LAKI NORMAL UMUR 15 TAHUN PASTI LEBIH KUAT DARIPADA IBUNYA, MINIMAL SETARA KEKEUATAN FISIKNYA. GAK BISA DIBANTAH ITU. SEHARUSNYA ANAK LAKI-LAKI UMUR 15TAHUN LAH YANG MENCARIKAN AIR UNTUK IBUNYA. RATA-RATA ANAK UMUR 15 TAHUN SUDAH PUNYA POSTUR MINIMAL SETINGGI 140-150an CM DAN BERAT MINIMAL 40-50an KG, BAHKAN BANYAK YANG LEBIH tinggi dan berat DARIPADA ITU. OMONG KOSONG DARIMANA ANAK LAKI-LAKI UMUR 15 TAHUN DIBUANG OLEH IBUNYA KE SEMAK-SEMAK, MEMANG ANAK BALITA? BAHKAN ANAK LAKI-LAKI ITULAH YANG LEBIH MAMPU MEMBUANG IBUNYA.
    TERJEMAHAN ALKITAB 'EDITAN' DIJADIKAN DASAR EMPIRIS, LAGI-LAGI ALKITAB ABSURD; TERJEMAHAN DARI BAHASA IBRANI-ARAMI- YUNANI-INGGRIS-INDONESIA-BATAK-SUB BAHASA BATAK-SLANK DAERAH DST.. ALKITAB TERJEMAHAN SUPER-SUPER ABSURD. DARI BAHASA YESUS ARAMI KE BAHASA YUNANI KE BAHASA INGGRIS SAJA PASTI SUDAH BANYAK PENYIMPANGN MAKNA DAN MAKSUD ASLINYA, LANTAS PINDAH LAGI KE BHS INGGRIS, PINDAH LGI KE BAHASA INDONESIA, MELAYU, JAWA , BATAK, WALAAHHH...TIDAK ADA BAHASA DI DUNIA INI YANG MEMPUNYAI PADANAN KATA 100% SAMA, TEORI ILMIAH MEMBUKTIKAN ITU MELALUI ILMU LUNGUISTIK. COBA BUKA MATA HATI DAN MATA AKAL WARASMU BUNG!

    ReplyDelete
  2. Setelah keluar dari rumah Abraham. Kemudian, dalam pengembaraan mereka di padang gurun Bersyeba, yang berada di perbatasan Mesir, 27 mil dari Hebron. Di wilayah padang gurun yang kering itu, kedua pengembara ini pasti tidak dapat bertahan hidup lama tanpa merasakan kehausan yang besar. Ketika persediaan air sudah habis, si anak laki-laki mulai pingsan; Ismael itu hampir mati kehausan, air minum mereka habis. Hagar pun demikian, namun kasih sayang seorang ibu membuat Hagar mampu bertahan. Agaknya untuk sementara waktu Hagar berusaha menolong anaknya yang sedang menjadi lemah, tetapi itu terlalu berat. Sehingga kemudian Hagar terpaksa membaringkannya di bawah bayangan rumpun kecil untuk mati disitu. Alkitab justru menulis ketidak-kuatan Hagar membopong Ismael, lihat (Kejadian 21:15). Kesulitan mereka & keluhan Hagar didengar Allah, dan Allah menolong mereka. Tidak lah benar klu kasih Yesus itu basi atau palsu,,sebab ada tertulis bahwa tidak ada kasih yg lebih besar dari kasih seseorang yg rela memberikan nyawa Nya untuk menyelamatkan manusia,agama/kepercayaan lain boleh mengklaim bahwa agamanya yg dapat menyelamatkan tapi tdk ada yg bs membuktikan Nya seperti Yesus, mengenai syariat,,Yesus pernah menentang para ahli ahli taurat yg sangat taat terhadap syariat nya pada saat murid Yesus makan dengan tangan yang tidak dibasuh dan itu najis bagi para ahli taurat,,Yesus berkata kepada para ahli taurat " Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang orang munafik! sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya,padahal hatinya jauh dari pada Ku. Percuma mereka beribadah kepada Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia,,intinya bukan syariat atau tata cara yg Tuhan inginkan tetapi hati kita kepada Nya,,tata cara/ syariat itu hany... Di dalam Kristus tdk ada yg najis dan haram,,karena sejak awal penciptaan alam semesta dan isinya Tuhan menciptakan segala sesuatunya indah dan baik,,bukan makanan yang membuat org najis tetapi hati/pikirannya,,Firman Tuhan ' lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: ' kamu semua dengarlah kepada Ku dan camkanlah. Apapun dari luar,yang masuk kedalam seseorang, tidak dapat menajiskan nya tetapi apa yg keluar dari seseorang itulah yang menajiskannya.lalu murid2 nya bertanya maksud dari perkataan Nya tersebut,maka Jawab Nya: 'apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? tidak tahukah kamu segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,karena bukan masuk ke dalam hati tetapi kedalam perutnya, lalu dibuang di jamban/kakus. kata Nya lagi: apa yang keluar dari sesorang, itulah yang menajiskannya sebab dari dalam dari hati orang timbul segala pikiran jahat,percabulan ,pencurian,pembunuhan,perzinahan,keserakahan,kejahatan,kelicikan,hawa nafsu,iri hati,hujat,kesombongan,kebebalan. semua hal hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang. dari ayat tsb kita dapt menyimpulkan tidak ada makanan yg haram/ najis apalgi manusia ( wanita ) yg haram untuk dinikahi,,krn tdk ada manusia yg haram,,yg haram adalah perbuatannya yg timbul dr hati nya,,dlm kristen bukannya tidak ada tata cara/syariat ibadah,dsb,tetapi kembali lagi yang Tuhan cari adalah hati yg senantiasa menyenangkan Tuhan,,bukan syariat yg sempurna tetapi sesungguhnya hati nya jauh dari Tuhan,,dan inilah keadaan manusia dari jaman dulu sampai sekarang,,mementingkan syariat dari pada hati Nya melekat kpd Tuhan,, banyak yg katanya orang rajin menjalankan syariat agamax ternyata koruptor daging sapi,pembunuh,penipu,suap menyuap,dll,inilah sebenarnya yg tdk di inginkan Tuhan. Itulah keajaiban alkitab yg berisi Firman Tuhan,,meskipun di terjemahkan dalam berbagai bahasa,,tetapi tidak menghilangkan makna/kuasa di balik setiap firman itu,,karena Roh kudus yg adalah Roh Allah sendiri yg menjaga Firman Nya. Semoga dpt membantu anda,,saya berdoa semoga Tuhan Yesus menjamah hati anda untuk dpt memahami hal2 tersebut diatas,,karena hal2 tersebut di atas adalah hal2 surgawi sedangkan kita adlh manusia duniawi yg sangat terbatas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pada akhirnya ada yang membuat statement membenarkan statement sebelumnya, jadi dalam ALKITAB, ISMAIL dibuang waktu bayi atau sdh remaja???

      yang satu membantah ISMAIL anak bayi, krena ISMAIL sdh remaja, dan yang satunya lagi menjelaskan bahwa ISMAIL memang susah untuk di angkat oleh ibunya, jadi??

      jadi, alkitabmu sangat "ANEH" saudaraku, kenapa bisa ngk JELAS seperti itu??

      kalau bukan dirubah atau diedit, kenapa bisa seperti itu??? sayangnya kalian bersikukuh bahwa itu FIRMAN TUHAN yang ASLI, apakah TUHAN berbohong dalam FirmanNYA??

      itulah maksud ALQURAN menjelaskan kepada kalian yang mengikuti ajaran KRISTEN yang sudah dibelokkan dari jalan yang lurus menjadi jalan yang bengkok.

      BERFIKIRLAH, itu baru satu hal yang bertolak belakang dalam alkitab, masih banyak yang "ANEH"

      Delete
    2. Tdk usah sibuk bertengkar dari mana asal kalian, lebih baik sibuk berbuat apa yang baik untuk peningkatan ekonomi bangsa. Banyak orang tdk menyadari hal ini. Gunakan kesempatan memperkaya diri. lho pikir kagak akan mati dengan korupsi gila gilaan. Orang dihargai nilai hidupnya bukan dari apa agamanya apa kitab sucinya, tapi bagaimana hidupnya bermanfaat tidak untuk masyarakat atau bangsa majemuk ini. Kalau dia bermanfaat dan menjadi tokoh yang melindungi minoritas, sdh pasti merfeka akan tetap menghargai-menghormati yang mayoritas. Ingat lho bangsa ini butuh orang kreaktif hidup. beragama terapan.

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Apa mungkin 15 tahun yg dimaksud Alkitab itu tdk sama dengan 15 tahun Masehi?, sistem perhitungn tahun masehi kan jauh lebih muda dari kisah di perjanjian lama ini....

    Saya kristen dan memperhatiakn ayat yg menyebut, hagar berangkat dengan membawa air dan anak 15 tahun di pundaknya memang janggal, tdk logis, dan tidak etis..he3

    Kecuali tahun yg kita maksud mmg berbeda.

    Tapi overall, tulisan ini sangat menarik idenya begitu orisinil, Umat Islam mmg persis seperti yg digambarkan, mereka memendam kemarahan Ismael tentang hubungan ayah dan anak, dan mereka tdk dapat disangkal lagi, bertindak seperti hamba/pelayan yg berpikir semakin rajin, mereka akan disayang dalam konteks hubungan tuan-hamba, tak pernah terpikir oleh islam untuk memiliki hubungan yg lebih spesial dari itu.

    ReplyDelete
  5. Allah telah memberi kesempatan kepada kita untuk menjadi anak2 Allah, tetapi sebagian dari mereka telah di butakan mata hatinya oleh sijahat. Sehingga lebih memilih tetap menjadi hambah. Hidup adalah pilihan, apakah yg anda pilih sekarang menentukan apa yang anda dapatkan setelah kematian. Jangan keraskan hatimu, jadilah hidup baru menurut Roh dan KEBENARAN bukan menurut daging atau tata cara atau aturan2 dunia karena semua berasal dari dunia. Dari dunia akan kembali ke dunia dari surga akan kembali ke surga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lebih mulia manakah di mata Allah, hamba (manusia) ataukah domba (binatang)?

      Delete